Seorang nabi sekaligus manusia pertama di dunia, yakni Nabi Adam ’alaihis salam,
muncul ke alam ini tanpa melalui proses kelahiran sebagaimana lazimnya.
Ia tidak memiliki Bapak dan Ibu. Demikian pula keberadaan istri Nabi
Adam, yaitu Siti Hawa, yang diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam.
Allah SWT kembali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui lahirnya Nabi Isa ’alaihis salam. Nabi Isa tidak mempunyai Ayah. Ia hanya memiliki Ibu bernama Siti Maryam.
Pada zamannya, Siti Maryam dikenal sebagai seorang gadis suci yang
pandai menjaga diri. Sehari-hari waktunya hanya dihabiskan sendirian di
dalam kamar untuk beribadah kepada Allah SWT. Ia tidak pernah keluar
rumah, apalagi berbicara dengan laki-laki. Tidak ada satu pria pun yang
berani menyentuh kulit tubuhnya. Ia juga berasal dari keturunan dan
keluarga terpandang. Ibunya bernama Hannah, istri Imran. Sewaktu kecil,
Siti Maryam diasuh oleh keluarga Nabi Zakaria ’alaihis salam.
Satu saat, ketika Siti Maryam sedang khusu’ berzikir, Malaikat Jibril
mendatanginya. Siti Maryam terkejut. Malaikat Jibril menjelaskan bahwa
kehadirannya membawa kabar gembira. Menurut Malaikat Jibril, tidak lama
lagi Siti Maryam akan memperoleh seorang bayi lelaki istimewa bernama
Isa Al-Masih. Dinamakan Al-Masih karena Nabi Isa mengusap bumi dan
membersihkan serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari berbagai
fitnah pada zamannya. Siti Maryam justru semakin takut. Tubuhnya
bertambah gemetar. Ia terus berdoa, meminta perlindungan kepada Allah
SWT. Malaikat Jibril kemudian meniupkan roh ke dalam perut Siti Maryam,
lalu menghilang, dan berganti menjadi cahaya yang terang benderang.
Siti Maryam termenung diliputi kesedihan. Ia berkata dalam hati, mana
mungkin dirinya bisa hamil, padahal belum menikah dan tidak mempunyai
suami. Hari demi hari, perutnya bertambah buncit. Rupanya ia benar-benar
hamil. Anehnya, ia tidak merasa sakit atau ngidam, layaknya wanita
hamil. Siti Maryam bingung, bagaimana menjelaskan semua ini kepada
keluarga maupun masyarakatnya. Pasti tidak akan ada orang yang
mempercayai, pikirnya.
Bayi yang Bisa Berbicara
Detik-detik kelahiran Siti Maryam sebentar lagi. Ia mendapat petunjuk
dari Allah SWT supaya meninggalkan rumah dan kampungnya. Siti Maryam
berjalan melewati banyak orang. Tak pelak gemparlah seluruh warga.
Mereka terkejut melihat Siti Maryam sudah berbadan dua. Cemoohan dan
caci maki sontak keluar dari mulut mereka. Mereka menuduh Siti Maryam
telah berbuat zina. Mereka menyebut Siti Maryam perempuan tak berguna
alias pelacur. Siti Maryam tidak menanggapi, meski telinganya panas dan
hatinya perih. Kedua kakinya terus melangkah mantap, tanpa tujuan pasti.
Tibalah Siti Maryam di suatu tempat yang jauh dari kampungnya dan
tanahnya belum pernah diinjak siapapun. Di situ banyak tumbuh pohon
kurma. Ia memilih duduk bersandar, beristirahat di bawah pohon kurma
yang besar dan tinggi. Tiba-tiba ia merasakan sakit pada perutnya.
Akhirnya, ia melahirkan seorang bayi lelaki berwajah tampan, berkulit
lembut dan putih. Seluruh proses kelahirannya tidak dibantu oleh dukun
bayi, bidan maupun dokter. Selain itu, tidak ada orang yang melihat dan
mengetahuinya. Tercatat dalam sejarah, Nabi Isa ’alaihis salam dilahirkan pada tahun 622 sebelum hijriah atau sebeluh masehi.
Belum hilang rasa letihnya setelah melahirkan, Siti Maryam putus asa
ingin mengakhiri hidup. Ia merasa malu karena harus menanggung beban
berat sepanjang hidupnya. Namun, anak yang baru dilahirkan itu spontan
berkata, ”Ibu jangan bersedih hati. Semua ini karunia dari Allah SWT.
Ibu, tolong gerakkan pohon kurma itu. Nanti makanan, minuman dan buah
yang matang akan mendekati kita, kemudian makanlah. Niscaya hati Ibu
menjadi tenang.” Siti Maryam seketika tersadar, kemudian memuji
kebesaran Allah SWT.
Zaman Pembunuhan Bayi Lelaki
Beberapa waktu setelah tinggal di tempat peristirahatan, Siti Maryam
berencana pulang ke rumahnya. Ia menggendong anaknya penuh cinta dan
kasih sayang. Memasuki gerbang perkampungannya pada sore hari,
orang-orang yang sedang berkumpul langsung menghampirinya. Mereka
mengerubungi Siti Maryam sekalian menanyakan identitas bocah itu. Tetapi
Siti Maryam tidak menjawabnya, sebab sudah niat berpuasa tidak mau
bicara kepada siapapun. Mereka malah menyindir, meledek dan memfitnah
Siti Maryam. Bahkan ada sebagian orang yang ingin mengusir Siti Maryam.
Siti Maryam hanya memberi isyarat supaya orang-orang bertanya kepada
bayi yang berada dalam dekapannya. Seketika bayi itu menjawab, ”Aku Isa
Al-Masih, hamba Allah SWT yang akan diberi Kitab Injil. Suatu hari aku
akan dijadikan nabi dan utusan-Nya untuk mengembalikan kalian ke jalan
Allah SWT, memerintahkan shalat dan menunaikan zakat. Aku juga akan
berbakti kepada Ibuku.” Orang-orang yang mendengar pernyataannya spontan
tampak pucat wajahnya. Mereka tidak menyangka bayi yang baru lahir
beberapa hari bisa berbicara secara lancar.
Kabar adanya bayi ajaib milik Siti Maryam segera menyebar ke penjuru
negeri, termasuk sampai ke telinga para pendeta dan pembesar Yahudi.
Kehidupan dan perilaku masyarakat yang selama ini sudah melenceng dari
ajaran Nabi Musa ’alaihis salam dan Nabi Daud ’alaihis salam bakal
segera diluruskan. Oleh karena itu, para pendeta dan pembesar Yahudi
memerintahkan pengawalnya untuk menangkap Siti Maryam beserta bayinya.
Selain itu, mereka mencari perempuan yang akan melahirkan dan membunuh
setiap bayi laki-laki yang baru dilahirkan.
Siti Maryam sudah diberitahu oleh seseorang terkait informasi penting
tersebut. Malam harinya, Siti Maryam menggendong Nabi Isa keluar dari
Palestina menuju ke Mesir. Ia sangat khawatir para pengawal akan
menemukan jejak, kemudian menghunuskan pedang ke tubuhnya dari arah
belakang. Namun Allah SWT sudah berjanji untuk menjaganya. Setelah
menempuh perjalanan yang melelahkan, selamatlah keduanya tiba di Mesir,
negeri yang dipenuhi kebaikan dan kemuliaan. Nabi Isa tumbuh dan
menjalani masa kecilnya dengan bahagia. Ia menuntut ilmu, menghadiri
pertemuan serta berdiskusi dengan ulama.
Skenario Untuk Nabi Isa
Suatu hari seseorang menemui Siti Maryam. Dia memberitahu Siti Maryam
agar kembali ke Palestina, sebab pendeta dan pembesar Yahudi yang ingin
membunuhnya sudah mati. Dalam tempo singkat, Siti Maryam dan Nabi Isa
yang menjadi dewasa sudah berada di tanah kelahirannya. Nabi Isa mulai
berdakwah. Mula-mula kepada orang-orang yang dikenalnya. Ia menyerukan
mereka kembali beribadah dan mengesakan Allah SWT. Mereka dianjurkan
untuk meninggalkan memuja patung serta tidak mendewa-dewakan uang dan
emas.
Selain itu, pada hari Sabtu Nabi Isa keluar rumah untuk memetik
buah-buahan, kemudian memberikannya kepada orang yang kelaparan dan kaum
fakir. Pada hari Sabtu, Nabi Isa juga menyalakan api untuk
wanita-wanita tua, sehingga mereka tidak mati kedinginan. Padahal
menurut keyakinan kaum Yahudi saat itu, hari Sabtu adalah hari suci.
Maksudnya, mereka tidak boleh melakukan kegiatan apapun kecuali
menyembah berhala. Di tempat peribadatan yang dipenuhi domba dan burung
merpati itu, warga Yahudi seperti sedang meminta pengampunan dosa kepada
para pendeta.
Nabi Isa sangat sedih melihat kenyataan tersebut. Sebab, banyak
rakyat miskin yang tidak mampu untuk membayar pendeta agar mengampuni
dosa dan kesalahannya. Nabi Isa yang terbiasa hidup sederhana terus
mensyiarkan ajarannya. Sedikit demi sedikit para pengikutnya kian
bertambah. Pada pendeta yang mulai berkurang wibawa maupun jumlah
umatnya merasa kesal, sebab pendapatan mereka ikut menurun. Mereka
menuduh Nabi Isa sebagai penyebab semua itu. Mereka merancang skenario
khusus untuk menyingkirkan, mengusir, bahkan jika perlu membunuh Nabi
Isa.
Seorang pengikut Nabi Isa yang mengetahui rencana itu
menginformasikan kepada Nabi Isa. Nabi Isa beserta beberapa pengikutnya
kemudian bersembunyi di suatu tempat. Namun, seorang sahabat dekat Nabi
Isa membocorkan tempat persembunyian Nabi Isa kepada para pendeta.
Akhirnya para pendeta dan pendukungnya berhasil menangkap sahabat dekat
Nabi Isa yang wajahnya sangat mirip dengan Nabi Isa. Orang itu kemudian
dibunuh dengan cara disalib ditiang kayu. Padahal, Nabi Isa yang asli
dan belum menikah itu telah diselamatkan oleh Allah SWT ke langit.
Sementara pengikut Nabi Isa lainnya yang selamat dari pengejaran,
terus berdakwah menyebarkan ajaran Nabi Isa secara sembunyi-sembunyi.
Sebelum diangkat ke langit, Nabi Isa menyampaikan kabar kepada para
pengikutnya bahwa akan datang seorang nabi dan rasul bernama Ahmad. Nabi
dan rasul yang dimaksud Nabi Isa ialah penutup dari seluruh nabi dan
rasul, yakni Nabi Muhammad SAW. Ahmad sesungguhnya nama lain dari Nabi
Muhammad SAW, yang ajarannya akan melengkapi seluruh ajaran nabi dan
rasul sebelumnya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar